Profil Desa Pasirpanjang

Ketahui informasi secara rinci Desa Pasirpanjang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pasirpanjang

Tentang Kami

Menyelami Desa Pasirpanjang di Kecamatan Salem, Brebes: perpaduan unik potensi wisata alam Kalibaya Park, geliat ekonomi kopi, dan resiliensi masyarakat pascabencana dalam bingkai budaya Sunda yang khas di ujung selatan Jawa Tengah.

  • Destinasi Wisata Unggulan

    Desa Pasirpanjang merupakan lokasi dari Kalibaya Park, sebuah objek wisata di puncak Gunung Lio yang menjadi magnet utama pariwisata di kawasan Brebes selatan dengan pemandangan alam dan berbagai wahana rekreasi

  • Sentra Ekonomi Agraris dan Potensi Kopi

    Perekonomian desa bertumpu pada sektor pertanian, dengan kopi jenis robusta yang mulai berkembang sebagai salah satu komoditas unggulan di samping kegiatan pertanian dan perdagangan tradisional

  • Identitas Budaya dan Resiliensi Pembangunan

    Sebagai enklave budaya Sunda di wilayah Brebes, desa ini menunjukkan ketahanan (resiliensi) yang kuat melalui pembangunan infrastruktur vital pascabencana longsor 2018, yang sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat

Pasang Disini

Terletak di tengah lanskap perbukitan yang subur, Desa Pasirpanjang di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, menjelma menjadi sebuah wilayah yang dinamis. Desa ini tidak hanya menjadi penopang agraris bagi kawasan sekitarnya, tetapi juga berhasil memposisikan diri sebagai destinasi wisata kunci di bagian selatan Brebes. Dengan keberadaan objek wisata Kalibaya Park yang fenomenal, geliat ekonomi dari sektor pertanian kopi, serta semangat pembangunan pascabencana, Pasirpanjang menawarkan potret desa yang tangguh dan penuh potensi. Didukung oleh identitas budaya Sunda yang kental, desa ini menyajikan sebuah model pengembangan wilayah perdesaan yang unik dan progresif.

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Pasirpanjang secara administratif berada di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Letaknya yang berada di ujung barat daya kabupaten menjadikan wilayah ini sebagai salah satu gerbang perbatasan, meskipun tidak secara langsung bersinggungan dengan provinsi tetangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi "Kecamatan Salem Dalam Angka", luas wilayah Desa Pasirpanjang mencapai 623 hektare. Area ini terbagi menjadi 167 hektare lahan sawah yang produktif dan 456 hektare lahan bukan sawah, yang mencakup permukiman, perkebunan dan fasilitas umum.

Secara geografis, Pasirpanjang dikelilingi oleh desa-desa lain di Kecamatan Salem. Batas sebelah selatan desa ini ialah Desa Pabuaran, yang dipisahkan oleh bentangan jalan provinsi. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan area Kecamatan Banjarharjo. Sementara itu, di sisi lain, desa ini juga berbatasan dengan Desa Bentar. Topografi wilayahnya yang didominasi perbukitan dan lembah subur, dengan ketinggian rata-rata Kecamatan Salem antara 400 hingga 900 meter di atas permukaan laut, memberikan hawa sejuk dengan temperatur berkisar 16-22°C. Kondisi ini sangat mendukung aktivitas pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian warganya.

Menurut data Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Desa Pasirpanjang tercatat sebanyak 3.525 jiwa. Dengan luas wilayah 6,23 km², maka kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 566 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup ideal untuk sebuah wilayah perdesaan, di mana ruang untuk pengembangan masih terbuka lebar. Komunitas masyarakat Desa Pasirpanjang terdiri dari beberapa pedukuhan, di antaranya Pasir Panjang Kulon, Pananggapan, Tugusitu, Tegalonyam, Cikarae, Cogreg, Kopeng, Cihasem, Pasir Panjang Wetan, Nangka Gede, Cibuhun, dan Jojogan. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perdagangan, yang mencerminkan karakter agraris desa. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa saat ini, Agun Pria Santosa, A.Ma.Pd. (periode 2020-sekarang), pemerintah desa terus berupaya mengoptimalkan potensi yang ada untuk kesejahteraan masyarakat.

Pilar Ekonomi: Pertanian dan Pariwisata

Perekonomian Desa Pasirpanjang ditopang oleh dua pilar utama: pertanian yang telah mengakar secara turun-temurun dan sektor pariwisata yang popularitasnya terus menanjak. Kombinasi keduanya menjadikan desa ini memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan beragam. Di bidang pertanian, masyarakat Pasirpanjang mahir dalam mengolah lahan persawahan yang subur, menghasilkan padi dan produk pangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan lokal dan regional.

Seiring dengan perkembangan tren agribisnis, komoditas kopi, khususnya jenis robusta, mulai mendapat perhatian serius. Kecamatan Salem, termasuk Desa Pasirpanjang, diidentifikasi sebagai salah satu daerah penghasil kopi potensial di Kabupaten Brebes. Meski belum sebesar sentra lain, budidaya kopi ini menunjukkan prospek cerah dan berpotensi menjadi produk unggulan baru yang dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Perdagangan hasil bumi juga menjadi aktivitas ekonomi penting, di mana para pedagang lokal memainkan peran krusial dalam mendistribusikan produk pertanian dari desa ke pasar-pasar yang lebih luas.

Namun daya ungkit terbesar bagi perekonomian Desa Pasirpanjang dalam satu dekade terakhir tidak lain ialah kehadiran Kalibaya Park. Objek wisata yang berlokasi di puncak Gunung Lio ini secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Pasirpanjang. Kalibaya Park berhasil menyulap kawasan hutan pinus menjadi destinasi rekreasi modern yang menawarkan pemandangan spektakuler ke arah Waduk Malahayu dan hamparan hijau perbukitan. Berbagai fasilitas seperti gardu pandang, ayunan langit (sky swing), panggung alam terbuka, dan area perkemahan (camping ground) menjadi daya tarik utama yang mengundang ribuan pengunjung, terutama pada akhir pekan dan hari libur. Keberadaan Kalibaya Park memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar, menciptakan lapangan kerja baru, dan menumbuhkan usaha-usaha mikro seperti warung, toko suvenir, dan jasa parkir.

Resiliensi dan Pembangunan Infrastruktur

Desa Pasirpanjang memiliki catatan sejarah mengenai ketangguhan dalam menghadapi bencana alam. Pada Februari 2018, wilayah Kecamatan Salem, termasuk Pasirpanjang, dilanda bencana tanah longsor hebat yang merusak sejumlah infrastruktur vital. Salah satu yang paling terdampak ialah ruas jalan provinsi yang melintasi desa dan jembatan Sungai Cipangurudan yang menjadi akses utama bagi warga di Dukuh Jojogan. Peristiwa ini sempat mengisolasi sebagian warga dan menghambat laju perekonomian.

Namun, semangat resiliensi masyarakat dan respons pemerintah dalam beberapa tahun setelahnya patut diapresiasi. Pada awal tahun 2023, ruas jalan provinsi yang rusak di Desa Pasirpanjang telah selesai dibangun kembali dengan kondisi yang lebih lebar dan lebih baik. Pembangunan infrastruktur jalan ini tidak hanya memulihkan konektivitas, tetapi juga secara tak terduga memicu geliat ekonomi baru. Di sepanjang jalan yang mulus tersebut, bermunculan warung-warung dan kios-kios yang didirikan oleh warga, memanfaatkan keramaian lalu lintas dan keindahan pemandangan sekitar sebagai tempat persinggahan.

Upaya pemulihan juga menyentuh infrastruktur krusial lainnya. Pada tahun 2019, dilaporkan bahwa pemerintah desa dan masyarakat secara swadaya membangun kembali jembatan darurat dan terus mendorong pemerintah kabupaten untuk membangun Jembatan Cipangurudan secara permanen. Komitmen pembangunan ini juga tecermin dalam alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berdasarkan Peraturan Desa Pasirpanjang Nomor 7 Tahun 2021, pada tahun anggaran 2022 desa mengalokasikan dana sebesar Rp 813.700.000 untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa. Alokasi ini menunjukkan fokus pemerintah desa dalam mempercepat pemulihan dan meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung mobilitas dan perekonomian warga.

Keunikan Budaya dan Kehidupan Sosial

Salah satu aspek yang paling menonjol dari Desa Pasirpanjang dan Kecamatan Salem secara umum ialah identitas budayanya. Berbeda dengan mayoritas wilayah di Kabupaten Brebes yang berbahasa dan berbudaya Jawa, masyarakat di Salem merupakan komunitas etnis Sunda. Keunikan ini menjadikan Salem sebagai sebuah enklave budaya Sunda yang khas. Dialek yang digunakan dalam percakapan sehari-hari ialah Bahasa Sunda dengan corak Priangan Timur.

Pengaruh budaya ini juga tampak dalam ragam kesenian yang hidup di tengah masyarakat. Kesenian seperti wayang golek, calung, dan reog yang berakar dari tradisi Sunda masih dapat ditemui. Selain itu, terdapat pula pengaruh dari budaya Cirebon, yang terlihat dari adanya kesenian tarling di beberapa wilayah. Kehidupan sosial masyarakatnya berjalan harmonis dengan memegang teguh nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, sebuah kearifan lokal yang menjadi modal sosial penting, terutama saat menghadapi masa-masa sulit seperti ketika terjadi bencana alam. Identitas budaya yang kuat ini menjadi daya tarik tersendiri dan melengkapi potret Desa Pasirpanjang sebagai wilayah yang kaya tidak hanya dari segi alam dan ekonomi, tetapi juga budaya.

Masa Depan Desa Pasirpanjang

Desa Pasirpanjang, Kecamatan Salem, telah membuktikan dirinya sebagai sebuah desa yang berdaya. Dengan fondasi agraris yang solid, akselerasi ekonomi melalui pariwisata Kalibaya Park, serta semangat pembangunan yang tak pernah padam, desa ini menatap masa depan yang cerah. Tantangan ke depan ialah bagaimana mengelola pertumbuhan ini secara berkelanjutan, memastikan bahwa manfaat ekonomi dari sektor pariwisata dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, serta terus mengembangkan potensi pertanian, khususnya kopi, agar menjadi produk bernilai tambah tinggi. Dengan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, Desa Pasirpanjang berpeluang besar untuk menjadi percontohan desa mandiri yang berhasil menyeimbangkan antara kemajuan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kekuatan budaya lokal.